Strony

Jumat, 20 Juli 2012

yah, nggak taulah, terserahlah

haloooo. jadi ceritanya aku ninggalkan blog lama. karena lupa password dan link-nya. #okesip karena, yeah, tahulah, kita itu harus move on dari yang lalu. #apabanget

sebenarnya ini blog yang nggak niat. tapi bakal tetap keisi juga, sih. keisinya juga karena aku, tadinya, mau nulis cerita sesuai prompt yang dikasih sama temen di infantrum, tapi gajadi karena aku sadar yang diminta itu original fiksi. bukan FANFIKSI ;A; jadinya, yah... karena nggak mungkin di-publish di FFn, mending lari ke blog yang belum diisi gitu. #nyengir.

yah... jadi silakan baca aja fanfiksi nggak jelas ini. yaiyalah, ngetiknya aja nggak setulus-tulus gitu. #eak nanti mau coba di-publish deh kalau udah banyak word(s)-nya ._. #seriusanpenting 

//
Ally biarkan kabut-kabut menyelimuti dirinya; memaparkan seberapa hampa dirinya melewati sebuah mata yang memandang gerbong-gerbong kereta api, atau gedung yang sempat merendah itu, atau, atau kotak yang sudah ia simpan di sudut memorinya.
-:-

prompt: halimun di balik kabut
fandom: Remember Me
chara: alyssa craig/ally


Halimun di balik kabut.

Mungkin masih sangat jarang orang-orang merasakan bagaimana sesaknya terperangkap di dalam kabut berselimut kabut; cekikan di dada, rasa aku-ingin-mati yang berkepung di kepala karena tak dapat melihat apa-apa, atau karena tak tahu apa-apa di balik kabut—terperangkap, kau tahu. Terperangkap dan tak bisa melakukan apa-apa selain mencoba untuk menerima—dan menjadi gila sendiri.

Tapi Ally terlalu sering merasakannya.

.

Gadis Craig itu sudah dua kali memasuki zona berkabut itu, dan berkali-kali terperangkap oleh kabut. Yah, yang pertama adalah ketika ia bingung sendiri, dengan teriakan histerisnya, saat ia mendengar Pak Tua-Pak Tua itu bermain dengan senapan bersama ibunya—yang jika dilakukan pada malam Tahun Baru, mungkin, orang-orang bakal berteriak kesenangan seiring meletupnya kembang api di angkasa.

Beberapa tahun setelahnya, Ally sudah bisa menemukan jalur keluar dari kabut-kabut itu.

Dan, parahnya, setelah ia bersyukur karena ia sudah tak mendapatkan abu-abu di pantulan kolam matanya, ia kembali memasuki zona berkabut nan menyesakkan itu lagi; kala ia menatap gedung supertinggi itu merendahkan diri beberapa lantai--bersama mereka yang ikut menghilang.

Inilah yang kedua.

.

Setelah itu, setelah berkali-kali memasuki jurang yang dipenuhi kabut—yang gilanya memiliki kabut lagi di dalamnya—Ally memilih untuk tetap diam di dalam kabut-kabut, yang mulai berteman dengan dirinya. Membiarkan kabut-kabut menyelimuti dirinya; memaparkan seberapa hampa dirinya melewati sebuah mata yang memandang gerbong-gerbong kereta api, atau gedung yang sempat merendah itu, atau, atau kotak yang sudah ia simpan di sudut memorinya.
.
.

thanks for reading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Szablon - Nikumu
Grafika - Zerochan.